Ketahuilah Laki-laki Bisa Sukses Karena Wanita Tetapi Laki-laki pun Bisa Hancur karena Wanita
ketahuilah pria dapat sukses karna wanitatetapi pria juga dapat sirna karna wanita
ia telah menghancurkan hati bunda. ia telah membikin bunda jatuh sejatuh – jatuhnya. ia pula telah membiarkanku pula rey berangkat sekolah dengan sepatu yang bolong. dengan duit saku yang cuma cukup buat ongkos aja. itupun dari pinjaman orang sebelah yang terasa kasihan pada kami. terlebih lagi tidak tidak sering saya dan juga rey terpaksa jalur kaki menempuh jarak yang cukup jauh.
saat sebelum tiba usiaku yang ke – 16 hidupku merasa amat sempurna. kasih sayang yang utuh dari bunda dan juga bapak. atensi yang senantiasa tersaji dengan manis tiap harinya. usaha bapak yang melaju pesat dengan perilaku dermawannya yang bahagia berbagi dengan siapapun atas hasil yang dia miliki. perilaku yang amat saya banggakan dari wujud bapak yang kumiliki.
tetapi seluruh lenyap pas di ulang tahunku yang ke 16. saya terasa terdapat yang tidak beres di rumah ini. bunda dan juga bapak tidak sering sekali memperlihatkan keharmonisan mereka di depanku pula rey, adikku. terlebih lagi saat ini bapak sudah tidak sering kembali ke rumah, membiarkan kami menunggunya dalam kecemasan. membiarkan bunda mondar – mandir mengetuk pintu orang sebelah cuma buat meminjam 1 liter beras. membiarkan bunda berjuang menghidupi kami. kemana bapak?
sehabis sebagian bulan tidak kembali, kesimpulannya ia berulang. berulang dengan bapak yang berubah. saya terasa kasih sayang yang bapak bagikan pada kami sudah tidak utuh lagi. bagai telah dibagi. bapak kembali membagikan duit pada bunda, kemudian berangkat lagi dalam waktu yang tidak sebentar. kira – kira sebagian tahun berjalan dengan cerita yang sama. kembali cuma sekadar berikan duit yang tidak dapat dikatakan cukup, kemudian berangkat berulang tanpa mencium kening bunda, saya dan juga rey serupa dahulu yang senantiasa dicoba bapak kala berangkat kerja. bapak tidak paham, bukan cuma uangnya yang kami harapkan, tetapi kasih sayang dan juga perhatiannya serupa dululah yang amat dirindukan di rumah ini.
******
sehabis lulus sma saya terus menjadi paham cedera yang bunda sembunyikan sepanjang ini. bila dahulu tiap kali saya bertanya kemana bapak, jawabnya senantiasa urusan pekerjaan. tetapi, terus menjadi bertambahnya usiaku, saya paham, saya mengerti, bapak benar telah berbeda berbeda 180 derajat dari bapak yang dahulu. saat ini saya ketahui nyatanya di luar situ bapak merajut asmara dengan perempuan tidak hanya bunda. hatiku sirna dengan mendadak membenci wujud bapak yang dahulu saya banggakan. bila saya aja sedemikian hancurnya apa lagi bunda yang telah mendampingi bapak sepanjang 20 tahun ini. menemani bapak yang menikahinya semenjak bunda berumur 16 tahun, umur yang amat belia. tetapi bunda tidak dapat menolak karna nenekku sudah tidak terdapat dikala bunda berumur 16 tahun. opsi menerima pinangan bapak pula tidak terlepas dari benak supaya terdapat yang melindungi. berupaya meningkatkan cinta di tiap harinya dalam kehidupan rumah tangga yang mereka jalani, sampai cinta itu terdapat dan juga bersemai dengan indah. menjadikan diriku terdapat dan juga rey bagaikan aksesoris kebahagiaan mereka. cerita cinta yang indah dan juga sempurna.
merambah tahun ke – 21 perkawinan bunda dan juga bapak, perilaku bapak mulai berbeda bersamaan meningkat majunya usaha yang bapak jalani. keretakan itu malah terjalin di umur perkawinan mereka yang sudah tidak dapat dikatakan muda.
saat ini saya cuma dapat berupaya memantapkan bunda, memeluknya kala bunda perlu dekapan seseorang suami, menghapus air mata bunda kala mulai membanjiri pipinya yang senantiasa saya kecup manja.
banyak omongan miring tentang bapak di luar situ. tersiar laporan bila bapak telah menikah dengan perempuan lain tanpa sepengetahuan bunda. dikala bunda mendengar laporan itu dari adiknya langsung, bunda begitu lemah. seolah persendiannya merasa lumpuh.
perempuan yang dinikahi bapak, di mataku tidak lebih dari seseorang perempuan perebut suami orang yang ketika itu lagi naik – naiknya. perempuan itu benar bohai, bodynya benar aduhai, tetapi saya amat benci perempuan itu, karna telah membikin bunda mengidap, karna telah merebut kebahagian kami dan juga menjadikannya cedera.
saya mulai tidak tahan dengan seluruh panorama alam yang merasa sadis ini. bapak senantiasa membanding – bandingkan bunda dengan wanitanya yang bohai nan aduhai itu. tidakkah bapak berpikir siapa yang sepanjang ini menemaninya hingga dia bergaul sukses? bisa jadi bapak telah dibutakan dengan tipu energi dunia yang tersamar dalam kecantikan.
sekian hari bunda tenggelam dalam air mata yang senantiasa jadi temanya sepanjang sebagian tahun baru – baru ini. kesimpulannya suatu perpisahan jadi opsi kala tidak terdapat lagi yang dapat dipertahankan.
*****
seakan terlepas dari beban yang mencengkramnya. saat ini bunda lebih dapat menerima apa yang telah terjalin, berupaya mengikhlaskan apa yang telah dimilikinya sepanjang ini. bisa jadi bapak cuma hendak jadi masa kemudian bunda yang tidak hendak sempat berulang.
saya, bunda, dan juga rey senantiasa meneruskan hidup tanpa seseorang bapak disisi kami. lagi pula saat ini saya dan juga rey telah cukup berusia, urusan makan tidak lagi butuh kau hiraukan bapak. saya dan juga rey dapat menafkahi hidup kami seorang diri pula bunda.
sampai datang dimana saya menciptakan cinta yang menyempurnakan hidupku. cinta yang kira – kira sama maknanya dengan cintaku terhadap bunda. lelaki yang telah jadi kekasihku 2 tahun kebelakang meminangku, memintaku kepada bunda buat dia peruntukan istri. saya terharu kala mendengar calon suamiku memohon restu dari bunda dan juga melamarku di depan keluarga besar ketika itu, walaupun terasa terdapat yang kurang karna bapak tidak terdapat, tetapi itu tidak hendak mengganggu kebahagianku berbarengan bunda dan juga keluargaku yang lain.
h – 2 perkawinan, saya mendekat pada bunda yang nampak merenung seorang diri, saya tanya mengapa, dia memelukku dan juga tidak saya sangka setitik air jernih turun melintasi garis pipi bunda, seakan bunda tidak mau melepasku, akupun turut menangis ketika itu.
“ibu tidak harus takut, sehabis menikah nanti, bunda turut denganku”.
*****
datang saatnya hari dimana ijab dan juga qabul hendak disenandungkan. ijab? haruskah bapak yang mengucapkannya? iya, ia benar senantiasa wajib jadi wali dalam pernikahanku, walaupun saya ketahui ini tidak hendak gampang untuk bunda, kala memandang pria yang telah buatnya sirna muncul berulang di hadapannya. tetapi bunda senantiasa berbesar hati.
lelaki itu tiba, ia tiba menggunakan batik yang seragam dengan perempuan bohai itu dan juga kedua anak perempuannya. ya tuhan, ia tiba berbarengan keluarga barunya di pernikahanku. hatiku sakit memandang ini, seakan masih tidak dapat terima bila seluruh telah terjalin. sesungguhnya saya dan juga bunda bisa jadi telah mengikhlaskan, tetapi kala ia timbul berbarengan dengan perempuan itu, kerasanya sakit berulang muncul, berulang menusuk – nusuk jantungku, apa lagi bunda.
bapak sukses membikin tangis yang tidak sepatutnya di pernikahanku, tetapi dikala itu saya tidak sangat hirau, lagi pula ini wajib jadi hari bahagiaku. tetapi, gimana dengan bunda? apa bunda mampu memandang ini? saya tidak dapat bayangkan itu.
sepanjang ijab dan juga qabul berlangsung, nyatanya perempuan itu cukup ketahui diri dengan tidak terdapat di hadapan keluarga besar kami terlebih bunda. syukurlah ijab dan juga qabul telah berlangsung, bunda? bunda nampak menahan tangis. bapak dan juga bunda cuma silih memandang tidak begitu lama tanpa bersuara. benar tidak terdapat cinta lagi dari keduanya, yang tersisa cuma cedera.
perempuan itu? perempuan itu nampak bernyanyi dan juga bergoyang diatas panggung kebahagianku. ia bernyanyi di temani bapak di sampingnya. apa perempuan itu tidak berpikir bila ini merupakan pernikahanku? perkawinan anak dari lelaki yang telah dia rebut dari ibuku, apa bapak dan juga perempuan itu tidak berpikir gimana perasaan bunda memandang mereka bermesraan di atas panggung kebahagianku?
bunda sudah tidak terlihat dalam kegiatan bahagiaku, warnanya dia mengurung diri di kamar, menangis dalam kesendiriannya. saya dapat paham apa yang bunda rasakan dikala itu, tetapi saya wajib senantiasa berposisi di pelaminan menghargai tamu yang terus berdatangan.
kerasanya mau saya usir aja mereka dari mari, tetapi tidak bisa jadi, saya telah dengan manis menggunakan kebaya putih ini, dan juga wajib senantiasa menebar senyum pada mereka yang tiba.
bisik – bisik yang ku dengar dari sebagian tamu undangan yang menggambarkan tetanggaku tidak saya hiraukan. tetapi saya simpati dengan mereka yang hirau terhadap bunda, “dasar perempuan tidak ketahui diri, bisa – bisanya ia berlenggok – lenggok di perkawinan nak sasmi.. ” bisik seorang yang terdengar dikala mengantri buat menyalamiku.
*****
seluruh telah lalu. saat ini saya menikmati peranku bagaikan seseorang istri pula bagaikan seseorang bunda, suamiku membuka usaha konfeksi dan juga kami melakukannya berbarengan, saat ini saya telah mempunyai seseorang jagoan berumur 6 tahun dan juga gadis kecil berumur 2 tahun, begitu pula dengan bunda yang telah dapat terbiasa tanpa bapak dan juga menikmati kedudukannya bagaikan seseorang nenek yang begitu menyayangi cucunya, kami hidup simpel tetapi dapat menikmati seluruh anugrah yang tuhan bagikan buat kami.
*****
saya dengar bila usaha bapak hadapi kemerosotan, tetapi saya tidak begitu menghiraukannya, walaupun terbesit sedikit kerasa iba, tetapi bukankah terdapat keluarga yang senantiasa di banggakannya, saya kerasa mereka sudah cukup untuk bapak, tetapi nyatanya seluruh tidak serupa yang ku pikir, perempuan yang dahulu bohai dan juga aduhai itu saat ini jadi seseorang tkw jauh dari seluruh kemewahan. tinggallah bapak dengan anak – anaknya dari perempuan itu, mengurus mereka seorang diri tanpa seseorang istri, dan juga yang ku ketahui, anak bungsu bapak tidak jauh beda umurnya dengan putra pertamaku dekat 6 tahun. di umurnya yang tidak lagi muda bapak wajib mengasuh 3 anaknya seorang diri, kasihan kerasanya, tetapi ini sudah jadi pilihannya yang tidak dapat ditawar lagi.
akhir – akhir ini bapak kerap mengunjungiku, sekadar memohon duit buat beli susu anaknya, saya gregetan seorang diri pada bapak, coba aja dahulu bapak tidak menikah lagi, bisa jadi ia tidak hendak repot mengurus anaknya yang masih kecil ini. bapak lebih sesuai jadi seseorang kakek, baju yang senantiasa buatnya nampak gagah saat ini tidak ku amati, ia tiba cuma dengan kaos oblong dengan memangku gadis kecilnya, kasihan, walaupun bagaimanapun ia senantiasa ayahku, saya senantiasa mempersilahkannya makan dan juga membekalinya duit kala dia kembali, kerap kali kala bapak tiba kerumahku bunda senantiasa sembunyi tidak membuktikan warnanya pada bapak, ku kira lukanya masih terdapat walaupun dia telah memaafkan, memaafkan bukan berarti telah melupakan.
selang bulan saya menemukan laporan lagi dari pamanku, bila istri bapak telah kembali tetapi ia memohon cerai pada bapak, dengan sebab duit, duit kirimannya sepanjang perempuan itu jadi tkw telah bapak habiskan entah kemana, bisa jadi dihabiskan dengan perempuan yang lebih aduai, lihatlah! inikah perempuan yang senantiasa kau banggakan bapak?
umur bapak tidak lagi muda, ia sakit – sakitan dan juga tidak terdapat yang mengasuh, kemana dia berulang? jelas kepada kami, kepada saya, rey dan juga bunda. tetapi bunda menolak buat berulang berbarengan.
saya hirau pada bapak, saya sewakan suatu kamar yang cukup luas buat ia tempati, tidak jauh dari rumahku supaya saya dapat merawatnya walaupun tidak dapat seutuhnya karna melindungi perasaan bunda, cuma membagikan santapan 3 kali dalam satu hari yang ku simpan di kamarnya dan juga meninggalkan duit untuknya membeli apa yang ia ingin, walaupun tidak besar.
warnanya walaupun bapak tidak muda lagi, ia masih dapat berpolah seperti anak muda yang dimabuk asmara, tiap hari duit yang ku bagikan padanya dibelikan pulsa untuknya bertelponan dengan wanita – wanita yang entah siapa, entah tau ataupun tidak bila bapak bukan lagi seseorang milyarder.
bapak masih mempunyai cinta, cinta? cinta yang mau ia membawa kepelaminan. ia memohon buat dinikahkan dengan janda pilihannya yang bersama tidak lagi muda itu, oh tuhan, apa ini? tetapi biarlah bapak menikah lagi dan juga tinggal berbarengan janda itu supaya tidak merepotkanku pula rey, pikirku ketika itu, lagi pula bapak memforsir dan juga merajuk pada kami, kesimpulannya saya dan juga rey mengabulkan permintaan bapak walaupun sedikit malu dengan orang sebelah yang mengantar, masa iyah sudah tua, sakit sakitan pula, masih mau menikah aja, bukannya mendekat pada tuhan dan juga taubat. saya dan juga rey juga melamar janda tua itu buat bapak, dan juga pendek cerita merekapun hidup berbarengan.
cuma bertahan satu bulan, kesimpulannya bapak berulang. berulang pada siapa? kepada siapa lagi bila bukan pada kami, keluarga yang telah ia sia – siakan.
saya letih dengan perilaku bapak yang tidak berbeda walaupun telah tua. ia berulang menempati kamar yang kusewakan untuknya.
saat ini ia berulang sakit – sakitan, tidak tidak sering saya memanggil rey yang pula telah berkeluarga buat bersama bawa bapak ke rumah sakit, penyakit orang yang sudah tidak muda lagi, sudah biasa, kondisinya yang mulai melemah, terlebih lagi saat ini bapak cuma dapat terbaring di tempat tidur, menungguku mengantarkan makan.
dengan tabah saya merawatnya, walaupun kadangkala gusar kala ingat yang lalu – lalu, tetapi saya tidak ingin jadi anak durhaka, saya senantiasa melangsungkan kewajibanku mengasuh bapak, begitu pula dengan rey.
makin hari bapak mulai melemah, hari kehari pula bapak terus menjadi manja ku kerasa, bila saya telat tiba, ia memarahiku dan juga mencaciku anak durhaka yang membiarkan bapaknya yang sakit kelaparan, sementara itu cuma telat beberap menit aja, lagi pula saya memiliki anak kecil yang wajib ku urus seluruh persiapannya di pagi hari saat sebelum mereka sekolah, tidak tidak sering piring – piring plastik dan juga gelas berhamburan dimana – mana terencana dia lempar – lemparkan ketika menungguku tiba, bapak tidak ayal serupa anak kecil aja saat ini, benar benar kala tua seorang hendak balik ke bayi, itu yang terdapat di pikiranku.
bapak betul – betul cuma dapat terbaring walaupun tangannya masih dapat di gerakan buat melemparkan piring dan juga gelas itu, terlebih lagi buang hajat juga saat ini di tempat pembaringannya, mandipun saat ini saya dan juga rey yang memandikan, tidak tidak sering bila setan telah menang mempengaruhiku saya senantiasa menggerutu seorang diri, menyalahkan bapak, memarahi bapak, walaupun itu cuma ku gumamkan dalam hati.
*****
sesuatu kala dikala saya bakal mengantarkan makan malam buat bapak, saat sebelum saya masuk kamarnya saya melihatnya di balik jendela yang sedikit terbuka, saya memperhatikannya, ia benar terbaring lemah dan juga tidak terdapat yang dapat dicoba tidak hanya terbaring, tetapi sebagian dikala, saya melihatnya terbangun dan juga duduk memandangi ke arah luar dengan tangan yang dapat dia gerakan, ia tidak betul – betul sakit parah, ia telah membohongi kami, gumamku dalam hati, dan juga kala saya membuka pintu, dengan lekas ia menjatuhkan pribadinya ke kasur, candaan berbagai apa ini, saya memasang muka jengkelku, saya marahi bapak tidak lagi dalam hati, saya keluarkan seluruh uneuk – uneuk ku, walaupun saya mengatakannya dengan derai tangis karna siuman ini merupakan perbuatan yang salah, walaupun bagaimanapun seseorang anak tetaplah berkewajiban mengasuh orang tuanya dan juga mencintai ia whatever yang terjalin, wajib tabah merawatnya sebagaima ia merawatku dan juga menyayangiku dikala kecil, tetapi saya manusia biasa yang dapat aja khilap dan juga emosi, lagi pula bapak telah membohongi kami buat berulang kalinya terlebih lagi saat ini bapak membohongi kami hal – hal sakitnya.
saya tinggalkan ia dengan santapan yang inginnya saya bernazar buat menyuapi bapak, tetapi tidak jadi kala barusan yang ku amati bapak dapat terbangun dan juga menggerakan tangan dan juga badannya, saya meninggalkan santapan itu disamping bapak, membiarkan bapak memakannya seorang diri.
saya menangis menggambarkan seluruh pada bunda, bunda pula serupa menahan tangis, tetapi bunda sudah tidak berkewajiban mengasuh bapak, lagi pula saat ini bunda bukan lagi mahram nya bapak, tetapi bunda lah yang senantiasa sediakan santapan buat bapak, tetapi hal – hal membagikan dan juga menyuapinya itu jadi tugasku, dan juga tugas memandikan bapak tidak bisa jadi bunda membantuku haram hukumnya, itu tugasku dan juga pula rey.
esoknya kala bakal memandikan bapak dekat jam 05. 00 subuh, kondisinya betul – betul melemah, benarkah ini? lagi tidak bersandiwarakah ia? tetapi realitasnya ia nampak tidak lagi bersandiwara, saya memanggil sebagian orang sebelah dan juga memohon dorongan atas bapak.
pendek kata, pamanku adiknya bunda nampak melantunkan ayat – ayat suci di samping bapak, napas bapak mulai melemah, ia lagi mengalami syakaratul mautnya, saat ini tidak terdapat lagi kata yang keluar dari mulutnya, napas bapak terdengar sudah tidak normal, detak jantungnya melemah, terdapat setitik air yang jatuh di sudut matanya, saat ini ibupun nampak terdapat di samping bapak turut melantunkan ayat – ayat suci untuknya, bunda manangis, menangis dalam lantunan dzikirnya, bunda memohon maaf pada bapak, ayahpun cuma membalasnya dengan suara napas yang terdengar sedikit naik di iringi setitik tangis yang jatuh berulang dari pelupuk matanya.
tokoh agama yang pada dikala itu pula terdapat, berkata bisa jadi terdapat suatu yang masih di tunggu bapak sampai mempersulit ia melewati syakaratul mautnya.
kata terakhir yang saya dengar secara terbata dari bapak yakni “ meter i r n a” bapak mengatakan suatu nama yang ku ketahui itu merupakan nama anak bungsunya dari perempuan yang telah menceraikan bapak.
rey lekas menghadiri alamat dari kediaman mirna pula ibunya dan juga anak – anaknya yang lain.
adikku berulang tetapi tanpa mereka, tanpa mirna, maupun perempuan itu.
ibunya tidak menginjinkan mirna di membawa kesini, dan juga anak kesatu ayahpun tidak ingin tiba kesini, sudah ku jelaskan bila saat ini kondisi bapak sudah amat darurat dan juga amat memerlukan mereka disini, begitu tutur rey ketika berulang dengan tangan kosong.
mereka tidak tiba sampai bapak menghembuskan napas terakhirnya pada jam 09. 00 pagi.
saya menyesal karna pernah memarahi bapak saat sebelum pada kesimpulannya ia wafat, saya menyesal mengapa tidak ku suapi ia di makan malam terakhirnya, saya menyesal karna saya berpikir bila bapak cuma pura – pura sakit.
sehabis bapak di mandikan dan juga di kafani, ku kabari keluarga bapak yang subuh tadi tidak ingin tiba, berkata bila bapak telah meninggal. selang sebagian jam dekat jam 11. 00 pagi mereka tiba ke rumahku.
tangis tidak terbendung kala memandang seseorang gadis kecil berlari dan juga memeluk bapak yang sudah terkafani dengan kain yang menutupinya, ia berteriak dalam tangisnya “bapak…. mirna terdapat disini, mirna memohon maaf sama ayah, ayah bangun” ucap wanita kecil yang nyatanya merupakan mirna menangis sesegukan, kemudian perempuan yang tidak lain merupakan ibunya turut menangis di susul dengan anak kesatu bapak yang langsung tidak sadarkan diri memandang bapaknya yang tidak di temuinya subuh tadi saat ini telah terkujur kaku tidak bernyawa.
sang wanita kecil nampak ngambek pada perempuan itu, “gara – gara mamah tidak mengijinkanku turut berbarengan abang rey tadi pagi menemui ayah, jadi saat ini ayah wafat, ini seluruh gara – gara mamah” wanita kecil yang polos, saya mendatangi dan juga memeluknya dengan mengatakan dalam hati “kamu adikku”.
saya memandang bunda yang pula berupaya menenangkan perempuan yang jadi madunya itu.
“maafkan saya mba, saya kira keadaanya tidak separah ini”
“sudahlah, kita do’akan yang tersadu saja”
“aku mohon maafkan saya atas kesalahan yang sempat ku perbuat pada keluarga mba”
“semua sudah lalu tidak harus kau sesali, saya telah memaafkanmu, saya pula memohon maaf apabila terdapat salah, saat ini kita do’akan aja dia tenang di sisinya”
*****
seluruh telah lalu, bapak telah mengakhiri petualangannya di bumi dan juga berulang pada si pencipta, mudah – mudahan bapak damai disitu.
pesan yang mau di informasikan dalam narasi ini –
harta. tahta. perempuan. benar senantiasa jadi kelemahan untuk kalangan pria. jangan gampang tertipu energi topeng dunia yang tersamarkan dalam kecantikan.
ingatlah perempuan yang telah menemani kala sulit, dan juga mendampingi mengarah kesuksesan.
pria dapat sukses karna perempuan, tetapi laki – lakipun dapat sirna karna perempuan.
tetaplah jadi seperti seseorang anak yang wajib berbakti kepada kedua orang tua walaupun bagai manapun mereka, jangan hingga penyesalan menyapamu.
seburuk whatever orang tua, tetaplah mereka wajib di hormati dan juga di sayangi dengan tabah serupa mereka yang mengasuh kita dengan penuh kesabaran di dikala kita masih kecil.
mengikhlaskan benar tidak gampang, tetapi dengan keikhlasan seluruh beban merasa ringan.
terakhir, silahkan simpulkan seorang diri pesan yang tercantunm dalam cerita yang betul – betul terdapat disekitar kita ini.
ingatlah perempuan yang telah menemani kala sulit, dan juga mendampingi mengarah kesuksesan.
pria dapat sukses karna perempuan, tetapi laki – lakipun dapat sirna karna perempuan.
tetaplah jadi seperti seseorang anak yang wajib berbakti kepada kedua orang tua walaupun bagai manapun mereka, jangan hingga penyesalan menyapamu.
seburuk whatever orang tua, tetaplah mereka wajib di hormati dan juga di sayangi dengan tabah serupa mereka yang mengasuh kita dengan penuh kesabaran di dikala kita masih kecil.
mengikhlaskan benar tidak gampang, tetapi dengan keikhlasan seluruh beban merasa ringan.
terakhir, silahkan simpulkan seorang diri pesan yang tercantunm dalam cerita yang betul – betul terdapat disekitar kita ini.
mudah – mudahan terdapat pesan yang mampu dipetik dari cerita di atas yang menggambarkan true story. mudah – mudahan jadi pengingat buat kita seluruh kalau dunia ini cuma sedangkan.
bila terdapat penokohan yang kurang terpuji mohon dimaafkan dan juga jangan diiringi. jadikanlah bagaikan contoh supaya tidak menjajaki. hipwee
(Sumber :http:/ /www . cerminan . com/berita/ketahuilah-laki-laki-bisa-sukses-karena-wanitatetapi-laki-laki-pun-bisa-hancur-karena-wanita.html)
0 Response to "Ketahuilah Laki-laki Bisa Sukses Karena Wanita Tetapi Laki-laki pun Bisa Hancur karena Wanita"
Posting Komentar